Mencetak Lulusan
Mandiri di Tengah Masyarakat
Kepala Sekolah I Gde Wisnaya, S.Pd. |
Murid Tunagrahita sedang belajar menulis |
Jumlah murid sekolah luar biasa relatif kecil dari sekolah
dasar pada umumnya. Namun belum tentu itu mencerminkan bahwa kebutuhan sarana
dan prasarana telah terjangkau. Seperti yang terlihat, di sekolah tersebut hanya
terdapat tujuh ruang kelas saja, namun dengan kondisi masing-masing ruang kelas
disekat lagi oleh ketinggian setengah tembok atau tripleks. Jadi, SLB Negeri
Jembrana dianggap memiliki 14 ruang kelas. Dalam satu ruangan, terdapat dua
kelas, dua guru, dan dua kelompok belajar mengajar yang berlangsung secara
bersamaan dengan penyajian materi pelajaran yang berbeda.
Masih berbicara soal ruang kelas. Kepala sekolah I
Gde Wisnaya, S.Pd mengungkapkan bahwa SLB Negeri Jembrana masih kekurangan 40
ruang kelas dengan luas 4meter x 5meter. Luas tersebut idealnya menampung
minimal 3 murid atau maksimal 5 murid dan satu pengajar (rasio 5 :1). Terkait hal
tersebut, tahun 201I lalu pihak sekolah telah mengajukan tahapan pembangunan
beberapa ruangan seperti ruang pertemuan, artikulasi, Lab.IPA, dan ruang
komputer yang akan direalisasikan Dinas Provinsi Bali tahun 2012 ini. Sementara
untuk penambahan ruang kelas akan diajukan pada tahun berikutnya.
Selain itu, SLB Negeri Jembrana juga kekurangan
tenaga pengajar. Saat ini, jumlah guru berstatus PNS sebanyak 11 orang, CPNS
sebanyak 5 orang, dan 1 orang penjaga sekolah. Minimnya jumlah guru tersebut masih menjadi sandungan
kecil di sekolah ini, maka jam mengajar juga disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan kelasnya.
Kendati SLB Negeri Jembrana masih sangat
membutuhkan perhatian serius dari pemerintah akibat kekurangan jumlah ruang
kelas dan tenaga didik, bukan berarti menyurutkan semangat warga sekolahnya.
Justru kepala sekolah telah berkomitmen untuk berupaya menutupi segala
kekurangan yang ada dengan cara mengusulkan pembangunan beberapa ruangan
seperti yang telah dipaparkan di atas.
Tak hanya memenuhi pembangunan ruang kelas, namun
pengembangan keterampilan siswa di luar kurikulum KTSP juga menjadi target
sekolah sesuai dengan bunyi misi sekolah pada butir kelima. Bakat murid ini
tersalurkan dalam enam jenis ektrakurikuler atau pengembangan diri, yaitu
menari, mejejahitan, marenda, mencuci, serta memahat. “Tujuannya adalah untuk
mendidik anak-anak agar bisa mandiri kelak di tengah-tengah masyarakat dan
melayani diri sendiri sesuai yang tertuang pada salah satu misi sekolah
kami,”ujar I Gde Wisnaya. Lulusan dari sekolah luar biasa ini juga berhasil
melahirkan pegawai negeri sipil. Yuli
Astari