Jumat, 27 April 2012

SLB NEGERI JEMBRANA – JEMBRANA

Mencetak Lulusan Mandiri di Tengah Masyarakat

Kepala Sekolah I Gde Wisnaya, S.Pd.
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Jembrana merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang menampung anak berkebutuhan khusus atau anak dengan karakteristik khusus yang tidak memiliki kemampuan mental, emosi, dan fisik yang baik seperti anak pada umumnya. Di SLB Negeri Jembrana, ada empat kategori anak berkebutuhan khusus yaitu tuna netra (A), tuna rungu (B), tuna grahita (C), dan tuna grahita I (CI).

Murid Tunagrahita sedang belajar menulis
Sebelum lanjut, perlu ditengok ke belakang bahwa dulu sejak 1 Juli 1983, di lahan seluas 25 are di Jalan Sedap Malam, Kelurahan Baler Bale Agung, Negara hanya berdiri sekolah dasar luar biasa (SDLB) Negeri Jembrana saja. Namun seiring dengan munculnya program wajib belajar sembilan tahun, maka berdasarkan SK GUBERNUR 832/8804/BKD tanggal 15 Januari 2010, sekolah tersebut mengalami pemekaran menjadi tiga jenjang yakni SDLB, SMPLB, dan SMALB dalam satu atap. Tiga nama jenjang tersebut disatupadukan menjadi  sebuah nama yakni SLB Negeri Jembrana.


Di tingkat SDLB tercatat hanya 1 murid penyandang tuna netra, 15 murid tuna rungu, 30 murid tuna grahita, dan 25 murid tuna grahita I. Di tingkat SMPLB tercatat sebanyak 3 murid tuna rungu, 7 murid tuna grahita, dan 5 murid tuna grahita I. Di tingkat SMALB tercatat 3 murid yang masing-masing penyandang tuna rungu, tuna grahita, dan tuna grahita I. Dengan kata lain, jumlah seluruh murid di SLB Negeri Jembrana sebanyak 89 kepala. Pengklasifikasian ruang kelas murid disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan keterbatasan setiap peserta didik. Kemudian, jenjang pendidikan murid dikelompokkan berdasarkan usianya.

Jumlah murid sekolah luar biasa relatif kecil dari sekolah dasar pada umumnya. Namun belum tentu itu mencerminkan bahwa kebutuhan sarana dan prasarana telah terjangkau. Seperti yang terlihat, di sekolah tersebut hanya terdapat tujuh ruang kelas saja, namun dengan kondisi masing-masing ruang kelas disekat lagi oleh ketinggian setengah tembok atau tripleks. Jadi, SLB Negeri Jembrana dianggap memiliki 14 ruang kelas. Dalam satu ruangan, terdapat dua kelas, dua guru, dan dua kelompok belajar mengajar yang berlangsung secara bersamaan dengan penyajian materi pelajaran yang berbeda.

Masih berbicara soal ruang kelas. Kepala sekolah I Gde Wisnaya, S.Pd mengungkapkan bahwa SLB Negeri Jembrana masih kekurangan 40 ruang kelas dengan luas 4meter x 5meter. Luas tersebut idealnya menampung minimal 3 murid atau maksimal 5 murid dan satu pengajar (rasio 5 :1). Terkait hal tersebut, tahun 201I lalu pihak sekolah telah mengajukan tahapan pembangunan beberapa ruangan seperti ruang pertemuan, artikulasi, Lab.IPA, dan ruang komputer yang akan direalisasikan Dinas Provinsi Bali tahun 2012 ini. Sementara untuk penambahan ruang kelas akan diajukan pada tahun  berikutnya.

Selain itu, SLB Negeri Jembrana juga kekurangan tenaga pengajar. Saat ini, jumlah guru berstatus PNS sebanyak 11 orang, CPNS sebanyak 5 orang, dan 1 orang penjaga sekolah. Minimnya  jumlah guru tersebut masih menjadi sandungan kecil di sekolah ini, maka jam mengajar juga disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan kelasnya.
Kendati SLB Negeri Jembrana masih sangat membutuhkan perhatian serius dari pemerintah akibat kekurangan jumlah ruang kelas dan tenaga didik, bukan berarti menyurutkan semangat warga sekolahnya. Justru kepala sekolah telah berkomitmen untuk berupaya menutupi segala kekurangan yang ada dengan cara mengusulkan pembangunan beberapa ruangan seperti yang telah dipaparkan di atas.

Tak hanya memenuhi pembangunan ruang kelas, namun pengembangan keterampilan siswa di luar kurikulum KTSP juga menjadi target sekolah sesuai dengan bunyi misi sekolah pada butir kelima. Bakat murid ini tersalurkan dalam enam jenis ektrakurikuler atau pengembangan diri, yaitu menari, mejejahitan, marenda, mencuci, serta memahat. “Tujuannya adalah untuk mendidik anak-anak agar bisa mandiri kelak di tengah-tengah masyarakat dan melayani diri sendiri sesuai yang tertuang pada salah satu misi sekolah kami,”ujar I Gde Wisnaya. Lulusan dari sekolah luar biasa ini juga berhasil melahirkan pegawai negeri sipil. Yuli Astari