Jumat, 02 Maret 2012

SMP SWASTIKA KARYA




MENUJU PRESTISE SEKOLAH YANG LEBIH BAIK

Masyarakat Jembrana, khususnya Kota Negara, tentu tak asing dengan SMP Swastika Karya. Tapi sayangnya, kesan yang tertanam selama ini tidaklah terlalu baik. Diklaim sebagai sekolah tidak unggul, merupakan salah satu kenyataan pahit yang harus diterima masyarakat pendidikan di sekolah yang berdiri di Jalan Rajawali No. 3 Lingkungan Satria, Kelurahan Pendem, Negara. Benarkah?

Suasana asri, rindang, dan sejuk menyambut setiap siapa pun yang memasuki sekolah tersebut. Nuansa ini bersumber dari ratusan jenis tanaman obat tradisional yang tersebar menghias setiap penjuru halaman sekolah. Keasrian pun kiranya tak lepas dari rasa kekeluargaan dan semangat keluarga besar SMP Swastika Karya. Terbukti, ketika ditemui sekitar pukul 10 pagi pun beberapa siswa masih bergotong royong menyapu di halaman depan di pohon yang rindang. Tak hanya di area halaman, mereka juga memilih tempat peristirahatan di sela-sela tanaman-tanaman obat, yang tingginya hampir mencapai sepinggang orang dewasa.

SMP Swastika Karya merupakan sekolah swasta tertua di Jembrana. Berdiri sejak tahun 1962, sekolah yang kini dipimpin Dra. Sudarijah berjuang keras mengukir prestise terbaik sebagai upaya menyejajarkan diri dengan sekolah negeri lainnya. “Kami akui, prestise sekolah kami di mata masyarakat masih jauh di bawah jika dibandingkan sekolah negeri lainnya yang bergelar SSN ataupun SBI. Padahal kalau ditinjau lagi, prestasi dan potensi anak didik tak kalah jauh dari sekolah negeri. Maaf, supaya saya tidak dikatakan berbohong, kalau tidak percaya, coba saja lihat pada beberapa dokumentasi ini,” ujarnya sembari memperlihatkan beberapa buku dokumentasi prestasi yang pernah diraih, seraya menjelaskan beberapa waktu lalu mereka sempat menyelenggarakan lomba Matematika, Membaca Berita (presenter radio), hingga Olah Raga Bridge untuk SD se-Kecamatan Negara, Jembrana, yang dibuka dengan tari kolosal karya guru setempat..

Benar saja, sekolah yang digerakkan lima tenaga pengajar berstatus PNS dan 10 tenaga honorer ini diantaranya telah mampu mengantarkan siswa-siswinya meraih juara 3 lomba rindik tingkat provinsi tahun 2009, juara 1 TIK se-Kabupaten Jembrana tahun 2009, hingga beberapa kali meraih juara pada lomba PMR. Bahkan beberapa siswanya merupakan atlet yang pernah bersaing di tingkat nasional.

“Siswa-siswi kami juga sering diminta mengisi berbagai macam acara hiburan seperti tarian dan tabuh dalam rangka menyambut kunjungan para tamu di Hotel Jimbarwana. Hanya sekolah kami, lho. Sekolah negeri saja belum pernah,” papar kepala sekolah yang prestasi kinerjanya diakui terbaik di Jembrana.

Di atas lahan tanah seluas 3150 meter persegi, SMP Swastika Karya dilengkapi fasilitas berupa tujuh ruang kelas (1A, 1B, 2A, 2B, dan 3A, 3B, dan 3C ), ruang kepala sekolah, perpustakaan, Lab IPA dan Lab Komputer, UKS, ruang OSIS, kantin sekolah, toilet dan ruang Bimbingan Konseling (BK). Sebagai insan pendidikan yang peduli terhadap lingkungan, sekolah dengan 240 siswa ini sudah lama mengimplementasikannya dengan membudidayakan 500 jenis tanaman obat tradisional. Program unggulan terkait diusung dengan nama ASPETRI (Asosiasi Pengobatan Tradisional Ramuan Indonesia).

“Tidak hanya menanam, kami juga meramu tanaman untuk menangkal berbagai macam penyakit. Sekolah ini adalah satu-satunya sekolah yang hampir seluruh halaman sekolahnya ditanami tanaman obat-obatan tradisional. Warga sekitar juga sering memanfaatkannya. Pemakaiannya tak sembarang. Semua ada aturannya. Kami tidak menerima imbalan apa pun karena itu semata-mata hanya untuk berdharma,” lanjutnya.

Seiring upaya yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, permasalahan dan kendala tentu tetap menyertai dalam setiap prosesnya. Krisis perhatian dari masyarakat menjadi beban berat yang harus ditopang SMP Swastika Karya. Bagaimana tidak, sekolah ini sudah terlanjur dipandang sebelah mata. Mereka menganggap SMP Swastika Karya hanya dihuni “siswa buangan” yang tidak diterima di sekolah negeri. Tapi tentunya, ini tidak membuat SMP Swastika Karya berkecil hati. Dedikasi untuk merubah paradigma berpikir dengan meningkatkan kinerja guru, mengukir prestasi, serta meningkatkan mutu pendidikan di bidang akademik dan non akademik menjadi penerjemahan laku kerja keras. Dan kini, mereka tinggal menunggu waktu saja. Memetik buah atas apa yang dilakukan selama ini.balibicara / yuli astari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar