Kamis, 15 Maret 2012

SMK PARIWISATA TP 45 - NEGARA


 Kepala SMK Pariwisata TP 45, I Wayan Muliastra
Tanah - Halaman SMK pariwisata TP 45 Negara belum diperbaiki

SIAP LAHIRKAN SISWA SIAP KERJA DI INDUSTRI PARIWISATA

Hamparan rumput yang tumbuh di halaman sekolah dan sekitarnya tampak mulai meranggas. Sebagian halaman berwarna kuning kecoklatan, sebagiannya lagi berwarna coklat akibat timbunan tanah gembur yang direncakan akan dijadikan lahan lapangan bola basket. Aura setengah kegersangan yang mendominasi tersebut kiranya berpotensi mengendurkan gairah bagi setiap yang memandang. Lukisan itulah yang tampak ketika menginjakkan kaki di SMK Pariwisata TP 45 Negara.

Pemandangan lingkungan sekolah swasta yang berdiri di Jalan Merak, No.19 Negara tak sampai disitu saja, ada pemandangan lain yang tampak lebih mengharukan. Hal ini tercermin dari infrastruktur sekolah yang sebagian besar adalah bangunan kuno. Misalnya, plafond di beberapa ruangan kelas yang masih tersusun dari gedeg. Tak perlu diteropong dengan jeli, secara kasat mata pun mudah ditembak rupanya model gedung pun sangat klasik.

“Ya pemandangan di sekolah ini terasa kurang bergairah. Selain itu, bila ditinjau dari unsur fisik sekolah ini juga, kami akui sangat jauh ketinggalan. Model bangunan di sekolah ini pun masih seperti model tahun 1990-an. Tidak seperti sekolah lain pada umumnya saat ini, misalnya, masing-masing unit gedungnya terpisah. Tetapi lain adanya di sekolah ini, unit gedungnya tak terputus. Bahkan kami khawatir bila ada gempa, satu saja yang roboh mungkin semua bisa ambruk. Maklum saja, kondisi ini juga akibat dari jarangnya ada bantuan berupa rehabilitasi bangunan sekolah ini,”papar Dr. I Wayan Muliastra selaku kepala SMK Pariwisata TP 45 Negara.

Menurut Muliastra, sepanjang perjalanan dan pergerakan dunia pendidikan di sekolah yang dulunya berbandrol SMA TP 45 pada tahun 1972 atau yang populer di telinga masyarakat dengan sebutan Sekolah Menengah Ilmu Pariwisata atau SMIP TP 45 mengatakan, bahwa sentuhan bantuan berupa rehabilitasi itu pernah ada hanya sekali pada tahun 2008 dan bantuan itu pun datangnya dari pemerintah pusat saja. Bagian yang direhabilitasi dititikberatkan hanya pada ruang kelas baru (RKB). Sementara sampai saat ini, katanya lagi, campur tangan soal bantuan rehabilitasi dari pihak pemerintah daerah justru tak ada sama sekali.

“Dulu saya pernah berbincang-bincang dengan pihak DPRD Kabupaten Jembrana soal terkait, namun kami selalu diarahkan untuk meminta bantuan kepada pemerintah provinsi atau pemerintah pusat. Pemkab Jembrana hanya merealisasikan bantuan berupa beasiswa tuntas wajib belajar dua belas tahun. Tahun ajaran 2010-2011 murid yang menerima beasiswa itu sebanyak 427 kepala masing-masing sebesar Rp 75.000,00. Karena ada peningkatan input murid pada tahun ajaran baru dengan total jumlah 464 kepala,  maka 37 murid baru tambahan dari jumlah sebelumnya itu akan mendapatkan beasiswa tersebut kemungkinan pada tahun 2012 mendatang. Beasiswa itu diterima pihak sekolah untuk honorer guru, operasional pendidikan dan menyokong kebutuhan sekolah lainnya. Sementara untuk menutupi kekurangan itu, kami juga mengusahakan melalui komite sekolah,”ujar kepala sekolah yang menjabat sejak tahun 2002 hingga detik ini.
Sekolah swasta tertua tingkat SMA/SMK/MA atau sederajat ini sempat mengecap masa kejayaannnya pada tahun 1983-1985 dengan jumlah 30 rombel. Hal inilah yang membuat prestisenya seketika melejit dan populer di kalangan masyarakat. Namun, masa keemasan tidak bertahan lama. Keadaan tersebut justru berbanding terbalik seiring mencuatnya tragedi Bom Bali II yang mempengaruhi denyut nadi sektor pariwisata Bali. Secara tidak langsung, maka implikasinya berdampak pula pada sekolah berbasis pariwisata yang mengakomodasikan perhotelan seperti SMK Pariwisata TP 45 Negara ini.

Namun hal itu jelas tidak membuat denyut nadi pendidikan di sekolah yang memiliki lahan seluas 53,30 are ini lumpuh. Terbukti, dengan motto kejuruan “SMK Bisa”, sekolah yang diasuh Yayasan Taman Pendidikan 45 ini mulai lagi menunjukkan taringnya. SMK Priwisata TP 45 ini mulai dilirik dan diminati kalangan masyarakat untuk menempuh studi khusus pengembangan ilmu pariwisata. Tahun ajaran ini tercatat 12 rombel dengan jumlah murid kelas X rata-rata mencapai 43-45 kepala, untuk kelas XI rata-rata berjumlah 36-39 kepala, dan kelas XII rata-rata dari 30-35 murid. Di sekolah yang terakreditasi B ini menthok pada satu jurusan saja yakni akomodasi perhotelan dengan enam jenis mata diklat, misalnya Reservasi, Resepcionis, Room Division, Loundry, dan lain sebagainya. Kemudian extra life skill yang dikembangkan mencakup Bahasa Korea, Bahasa Jepang, Tata Graha dan Tata Hidangan, Komputer, Bola Voly, Seni Tari, PIK-Remaja ( Pusat Informasi dan Konseling Remaja ) “TragiaTangar Tur Eling”, Seni budaya, Pesantian, Sispala dan English Study Club. Pun di dalam menjalin hubungan kerja sama di bidang pariwisata, sekolah ini sudah menggandeng empat hotel lokal Jembrana dan khusus untuk praktek kerja industri (PKL) difokuskan ke beberapa perhotelan di daerah Kuta, Bali.

Dengan permasalahan yang ada pada sekolah ini, tentu harapan akan senantiasa menjadi pacuan dalam penyelenggaraan pendidikan ke depan. Apalagi, jika didukung kuat oleh harmonisasi keluarga besar sekolah dan kinerja 30 tenaga didik, 3 Staf TU dan seorang tukang kebun, masyarakat, terlebih lagi pada pemerintah baik pemerintah daerah, provinsi, pusat dalam implementasinya. Upaya untuk membangun estetika lingkungan sekolah yang serasi, selaras, dan seimbang sehingga terwujud kualitas pendidikan yang sesuai harapan bangsa dan negara rupanya akan diperjuangkan segenap pihak sekolah.

“Saya sebagai kepala sekolah tidak tinggal diam. Saat ini saya berusaha lagi membuat rancangan atau sketsa soal bangunan sekolah yang akan diperbaharui dan akan segera kami ajukan ke pemerintah pusat. Mudah-mudahan disetujui dan direalisasikan sehingga kita semua bisa mewujudkan performance yang lebih baik dan menuju kualitas pendidikan yang lebih bermutu lagi. Benar-benar akan kami perjuangkan,” harapnya sambil menunjukkan contoh rancangan bangunan sekolah di ruang kerjanya.

Muliastra menambahkan, kendati gedung tidak bagus, namun semangat pengajar dan pelajar di sekolah itu tetap membara untuk menjadi sekolah yang terbaik. Adapun kekurangan dijadikan penyemangat untuk melahirkan kelebihan. Mereka bertekad, mempersembahkan yang terbaik kepada masyarakat. Out put atau siswa yang tamat dari SMK Pariwisata TP 45 merupakan siswa yang telah memiliki keterampilan. “Di tengah keterbatasan kami siap melahirkan alumnus yang siap diserap dunia kerja di industri pariwisata,”tandas Muliastra. Emagz / Yuli Astari




Tidak ada komentar:

Posting Komentar