Sr.M. Sylvana, Kepala SDK Masudirini |
Murid bermain di Halaman SDK Masudirini |
Harum di Kancah Internasional
Ketika Ekspresi
tiba di depan SDK Marsudirini Negara tampak sebuah spanduk menggelayut di atas,
tegak lurus dengan pintu gerbang sekolah. Dalam spanduk itu terpampang jelas
sosok Gian Cordana Sanjaya bersama Sr. M. Sylviana, OSF Dalam spanduk itu juga tertulis
kalimat “Selamat Datang Gian Cordana Sanjaya / Profeciat atas Prestasi Lomba
Matematika (IMC) Tingkat Internasional dan Asean / Peraih Medali Emas”.
Spanduk itu terbentang menandakan SDK Marsudirini
Negara menorehkan prestasi gemilang. Di kancah Internasional, SDK Marsudirini
Negara telah berhasil mengantarkan anak didiknya mendulang medali emas dalam dua
ajang sekaligus pada kategori Sekolah Dasar. Dua ajang tersebut bernama International
Mathematics Competition (IMC) tingkat dunia dan International Mathematic Contest
(IMC) tingkat ASEAN pada Juli 2011 lalu. Atas prestasi luar biasa yang diraih
salah satu siswa SDK Marsudirini ini bisa jadi merupakan tahun emas bagi
keluarga besar SDK Marsudirini.
Tentu saja beberapa prestasi yang dipaparkan di
atas dapat mendongkrak popularitas serta prestise sekolah dasar milik Yayasan
Marsudirini Pusat yang berpredikat SSN dan terakreditasi A ini. Sejak berdiri
pada tahun 1995 hingga kini, sekolah dasar yang dikepalai oleh Sr. M. Sylviana selaku
Kepala SDK Marsudirini masih memiliki daya pikat bagi murid TK di Jembrana yang
hendak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Suster Sylviana mengatakan
bahwa di tahun ajaran baru 2011/2012 ini SDK Marsudirini menginput sebanyak 45
murid dari kelas I baru.
Sekolah yang telah mengembangkan pelajaran komputer
atau TIK sejak tahun 2008 ini dikatakan memang ketat di dalam menegakkan etos
disiplin waktu. Misalnya saja, siswa yang terlambat ke sekolah, maka harus siap
dengan konsekuensi dipulangkan dari sekolah. Walaupun murid datang pada saat murid
lainnya sudah berbaris mau masuk ke kelas masing-masing, maka tetap tidak
diizinkan masuk ke sekolah. Pintu gerbang sekolah pun ditutup jam 06.50 wita.
Di sampig itu, manakala siswa tiba di pintu gerbang, selalu membiasakan diri dengan
menerapkan budaya salam hormat terhadap guru yang hendak berjaga di dekat pintu
gerbang masuk. Begitu pula terhadap 11 guru berstatus non PNS lainnya dan
seorang Staff Tata Usaha.
“Sesungguhnya proses pembelajaran itu dimulai
ketika para murid memasuki pintu gerbang sekolah. Ketika murid memberi salam
pada kami ataupun sebaliknya, itu pun sudah belajar namanya. Jika murid sekolah
dasar pada umumnya selalu menunduk ketika bertemu dengan gurunya, tetapi kami
tidak demikian. Justru rangkulan, saling sapa, dan saling menjalin berkomunikasi
yang baik dengan murid itulah yang selalu kami biasakan, sebagaimana layaknya
seperti hubungan orang tua dan anaknya sendiri di rumah. Kita berbaur di sini.
Sehingga kami sebagai guru sudah tahu betul bagaimana kondisi anak-anak begitu
datang ke sekolah. Apakah ada masalah di rumahnya atau tidak dan siap atau
tidakkah menerima pelajaran nanti, itu kami sudah bisa prediksi sebelumnya.
Pembelajaran yang dimulai pukul 07.00 wita itu pun senantiasa didahului dengan
mencongak selama lima menit sebelum menuju pada pelajaran pokok di hari itu.,”jelas
kepala SDK Marsudirini yang sering disapa Suster Sylviana.
Suster Sylviana juga menceritakan tentang
pengalaman unik terkait ketatnya disiplin
di sekolah yang dipimpinnya. Dikatakannya ada beberapa pihak mengeluhkan
tentang sistem pembelajaran yang dirasakan melampaui batas kemampuan beberapa anak
didik. “Ada pengalaman yang lucu di sekolah ini. Dulu tahun 2008, ada salah satu
pindahan dari sekolah dasar negeri yang bersekolah di SDK Marsudirni. Tetapi,
dalam waktu dua minggu, anak tersebut itu merasa tidak kuat menerima pelajaran
di sini apalagi pada aktivitas mencongak, akhirnya ia menyerah dan memilih
untuk keluar dari sekolah hingga kembali bersekolah di sekolah negeri lainnya. Awalnya
saya menjadi kepala sekolah di sini memang terasa berat ya karena selalu saja
ada keluhan dari pihak tertentu. Hal yang paling sering dikeluhkan adalah soal
ketetatan sistem belajar di sekolah ini,”ceritanya.
Tetapi, Suster Sylviana tetap berusaha mencari
jalan keluar dan meluruskan bahwa SDK Marsudirini memang ketat adanya. “Dan kami
selalu berusaha mengatasi masalah tersebut dengan rasa persaudaraan. Karena
motto kami kan melayani atas dasar persaudaraandan sampai saat ini belum ada
lagi yang mengeluh soal itu,”kenangnya. Emagz
/ Yuli Astari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar