Jumat, 02 Maret 2012

SD NEGERI 5 MANISTUTU- MELAYA



MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN DI KAWASAN LEMBAH BUKIT

Memasuki kawasan Desa Manistutu sekitar pukul 08.00 pagi, suasananya masih tampak sepi. Desa ini berada di ujung timur laut Kecamatan Melaya. Jika melintas ke utara lagi maka kita akan bertemu dengan hamparan lembah dan bukit bernama Banjar Mekar Sari. Di Banjar Mekar Sari itulah sebuah sekolah dasar bernama SD Negeri 5 Manistutu berada.

Banjar ini memiliki potensi alam yang sangat baik. Selain dekat dengan kawasan rekreasi yang berpusat di Bendungan Benel, banjar ini sebentar lagi juga akan diguyur musim cengkeh. Itu cerminan bahwa masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.

Sekilas tentang sekolah
SD Negeri 5 Manistutu berdiri tanggal 18 Agustus 1982 dengan SK Gubernur Bali No. 06/SB/I/6/1982. Terkait riwayatnya, SD ini didirikan atas luapan daya tampung dari SD Negeri 2 Manistutu. Berdirinya SD Negeri 5 Manistutu diprakarsai oleh para tokoh desa setempat kala itu.

Seperti halnya sekolah dasar lainnya, pelajaran dimulai dari pukul 07.00 pagi hingga 12.00 siang. Sementara untuk kelas 1 pelajaran berakhir hingga pukul 10.00 pagi, kemudian disusul oleh kelas 2 hingga pukul 12.00 siang. Oleh karena itu, dari lima ruangan kelas yang ada, hanya satu ruang kelas yang digunakan secara bergilir oleh kelas 1 dan kelas 2.

Di samping itu, di atas tanah seluas 38 are ini juga berdiri sebuah padmasana, sebuah kantin sekolah, dan sebuah rumah mess yang ditinggali penjaga sekolah. Sementara untuk kegiatan olahraga, para siswa memanfaatkan halaman sekolah dan sebuah lapangan olah raga yang berlokasi di belakang sekolah. “Dulu kami berolah raga hanya di halaman sekolah saja. Kebetulan dulu ada suatu proyek yang pengerjaannya menggunakan bego, maka kami gunakan kesempatan itu untuk bekerjasama. Cukup dengan mengganti biaya BBM saja, kami dibuatkan lapangan olah raga ini tiga tahun silam,” tutur Kepala Tata Usaha SDN 5 Manistutu.

Pengabdian tujuh tenaga pendidik yang semuanya kaum adam termasuk kepala sekolah serta seorang tenaga tata usaha, telah mampu menciptakan proses belajar-mengajar yang kondusif bagi 83 siswa dan 57 siswi. Penggunaan dana BOS dan DAK pun sudah dialokasikan sebagaimana prosedur sehingga proses belajar siswa-siswi yang mayoritas berasal dari Dusun Mekarsari dan Dusun Kemoning berjalan lancar. “Sebenarnya ada 14 point perbaikan sarana melalui dana tersebut. Beberapa di antaranya untuk pembelian buku paket, referensi, sarana olahraga dan lain-lain dari dana BOS. Dana itu juga kami pergunakan untuk membuat halaman sekolah yang semula tanah berdebu kini sudah beralaskan padas,” jelas I Made Windra, S.Pd., selaku kepala sekolah.

Masalah Keterbatasan Prasarana
Pada kenyataannya, membangun berbagai aspek yang berkenaan dengan sarana pendukung pendidikan tidaklah selamanya harus menanti uluran bantuan pemerintah. “Apa pun kekurangan yang ada harus kami usahakan melalui Komite Sekolah semaksimal mungkin. Tapi mengingat kondisi ekonomi masyarakat di sini belum sepenuhnya baik, maka otomatis dalam penyelenggaraannya pun juga belum sempurna. Di sini kami tidak punya saluran air bersih PDAM, listrik juga terbatas, dan pagar sekolah pun masih menggunakan bamboo seadanya,” lanjut Windra yang belum lama menjabat kepala sekolah ini.

Begitu pula dengan sarana telekomunikasi dari J-NET. Meski sudah didirikan tiang tower di areal belakang sekolah, namun tetap saja tidak bisa berfungsi sebab seperti yang dikatakan salah seorang guru bidang studi, bahwa posisi tiang tower itu tidak tepat. Mengingat lokasi sekolah berada di kawasan lembah, seharusnya tiang tersebut diletakkan di bukit. “Kami sudah konfirmasi terus pada pemkab karena J-NET belum dapat dioperasikan sama sekali sejak didirikan. Tapi pihak pemkab justru menyuruh kami untuk menyambung tiang itu sendiri,” keluhnya.

Dewan guru juga menceritakan, baru-baru ini SD Negeri 5 Manistutu telah dikunjungi dan ditinjau oleh pemerintah kabupaten. “Pemkab mengatakan tahun 2010 ini akan diadakan pembangunan di sekolah ini. Mengenai fasilitas apa yang akan dibangun itu belum jelas betul. Entah benar atau tidak, kami di sini hanya bisa menunggu. Tapi mudah-mudahan saja pembangunan itu benar-benar terealisasikan sesegera mungkin dan bukan janji belaka. Beberapa yang kami harapkan adalah merehab bangunan tembok pagar sekolah dan meningkatkan kualitas perpustakaan. Karena perpustakaan di sini cuma seadanya saja,” beberapa orang guru kepada media ini. Yuli astari / balibicara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar